PENGARUH
KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMEN
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan
perilaku seseorang, terutama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku
pembelian. Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka masyarakat konsumsi
lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya tehnologi produksi
secara massal. Tehnologi yang disebabkan oleh berkembangnya revolusi industri
memungkinkan perusahaan-perusahaan memproduksi barang terstandarisasi dalam
jumlah besar dengan harga yang relatif murah.
Pada saat yang bersamaan muncul revolusi
kebudayaan, di mana masyarakat secara bertahap berubah dari masyarakat agraris
menjadi masyarakat yang kekotaan, karena dengan berpindahnya ke perkotaan maka
budaya mereka berubah sehingga berkembanglah tata nilai baru dan pola kehidupan
yang baru akibat pekerjaan yang berbeda. Tidak hanya orang yang kaya saja
bahkan orang yang biasa juga merasa perlu membeli produk yang dapat memuaskan
kebutuhan budaya baru, seperti munculnya perbedaan status yang makin menonjol
di kalangan masyarakat perkotaan.
Gambaran lahirnya masyarakat konsumsi tersebut
diatas, menunjukkan pentingnya budaya dalam memahami perilaku konsumen.
Aspek-aspek budaya yang penting dapat diidentifikasi sehingga dapat digunakan
sebagai dasar untuk memahami bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi konsumen
dan tentunya dapat digunakan dalam mengembangkan strategi pemasaran yang lebih
efektif.
DEFINISI KEBUDAYAAN
Banyak definisi tentang budaya yang dipaparkan
oleh para pakar, diantaranya: Kebudayaan didefinisikan sebagai kompleks simbol
dan barang-barang buatan manusia (artifacts) yang diciptakan oleh masyarakat
tertentu dan diwariskan dari generasi satu ke generasi yang lain sebagai faktor
penentu ( determinants) dan pengatur ( regulator ) perilaku anggotanya
(Setiadi, 2003).
Budaya adalah seperangkat pola perilaku yang
secara sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada
anggota dari masyarakat tertentu ( Wallendorf & Reilly, Mowen, 1995).
Budaya (culture) sebagai makna yang dimiliki
bersama oleh (sebagian besar ) masyarakat dalam suatu kelompok sosial ( Peter
& Olson, 2000).
Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan,
artefak dan simbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi,
membuat tafsiran, dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat ( Angel,
Blackwell& Miniard, 1994).
Beberapa definisi budaya telah dipaparkan namun
secara garis besar menurut Engel, Blacwell & Miniard (1994 ) budaya dapat
dibedakan menjadi Makro budaya ( macroculture ) yang mengacu pada perangkat
nilai dan simbol yang berlaku pada keseluruhan masyarakat, dan Mikro budaya (
microculture/ subculture ) yang mengacu pada perangkat nilai dan simbol dari
kelompok yang lebih terbatas, seperti kelompok agama, etnis tertentu, atau
subbagian dari keseluruhan.
Budaya dapat melengkapi diri seseorang dengan
rasa identitas dan perilaku yang dapat diterima di masyarakat, terutama dapat
diketahui dari sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya. Seperti halnya
: pakaian, penampilan, komunikasi, bahasa, makanan dan kebiasaan makan,
hubungan, kepercayaan, dan lain sebagainya yang seringkali meliputi semua hal
yang konsumen lakukan tanpa sadar memilih karena nilai kultur mereka, adat
istiadat dan ritual mereka telah menyatu dalam kebiasaan mereka sehari-hari.
Sebagai contoh misalnya komponen budaya di
masyarakat Amerika, memiliki sekian nilai yakni : achievement & succes,
activity, efficiency & practicality, progress, material comfort,
individualism, freedom, humanitarianism, youthfulness, fitness and health and
external conformity.
PERMASALAHAN DALAM MENGANALISIS BUDAYA
Pemasar harus mempertimbangkan beberapa isu
penting saat menganalisis budaya, yaitu :
1. Makna budaya dapat dianalisis dalam beberapa
tahapan yang berbeda, seperti halnya penganalisisan pada tingkat makro dari
masyarakat atau negara secara keseluruhan ataupuan budaya dari nilai-nilai
bersama oleh sekelompok masyarakat tertentu secara mikro, seperti dilihat dari
segmen masyarakat tertentu misalnya sekelompok orang dalam kelas sosisl atau
grup referensi ,ataupun dalam lingkup keluarga.
2. Konsep makna umum atau yang dimiliki bersama
sangat penting untuk memahami budaya. Makna budaya ( cultural meaning) adalah
jika sebagian atau beberapa masyarakat dalam suatu kelompok sosial memiliki
makna dasar yang sama. (misalnya, apakah arti ‘orang tua/ manula’? apakah makna
‘lingkungan yang aman’? bagaimana arti’bicara yang sopan’? dsb).
3. Makna budaya diciptakan oleh masyarakat
melalui interaksi sosial mereka. Pembangunan makna budaya terlihat dalam
tingkatan kelompok yang lebih kecil misalnya bagaimana mode busana yang disebut
“ngetrend” pada mahasiswa sampai akhir tahun ini? Accessories apa yang sering mereka
gunakan?Sedangkan di lingkungan makro makna itu dipengaruhi oleh institusi
budaya seperti pemerintah, organisasi keagamaan, pendidikan, dan juga
perusahaan semuanya dapat terlibat dalam pembangunan makna budaya.
4. Makna budaya terus melakukan gerakan (
dinamis ) dan dapat mengalami perubahan yang cepat, misalnya perilaku
masyarakat yang dramatis oleh munculnya tipe ponsel (handphone ) Blackberry,
yang dianggap mampu melakukan fungsi lebih dari sekedar ponsel tetapi mampu
melakukan chating , facebook, email dsb.
5. Kelompok-kelompok sosial memiliki perbedaan
dalam tingkat kebebasan memilih makna budaya tertentu, seperti di Amerika dan
Eropa masyarakat lebih memiliki kesempatan untuk menciptakan identitas pribadi
dan menggunakannya, sementara sebagian masyarakat lain di Cina, India dan Arab
Saudi mungkin lebih terbatas dalam memiliki kebebasan memilih makna budaya
tertentu
KANDUNGAN SUATU BUDAYA
Kandungan utama budaya sering digunakan sebagai
pendekatan oleh pemasar dalam menganalisis budaya untuk melakukan terobosan
pemasaran. Pemasar biasanya berfokus pada nilai-nilai dominan dalam suatu
masyarakat. Kandungan suatu budaya ( content of culture) adalah kepercayaan,
sikap, tujuan, dan nilai-nilai yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat
dalam suatu lingkungan yang menyangkut aspek-aspek lingkungan sosial ( ragam
agama dan kepercayaan, ragam partai politik , dsb) dan fisik ( produk,
peralatan , gedung dan bangunan dsb) dalam masyarakat tertentu.
Tujuan dalam analisis budaya adalah untuk
memahami kandungan makna dari sudut pandang konsumen yang menciptakan dan
menggunakannya. Misalnya pengibaran bendera memiliki tanggapan rasa patriotisme
dan semangat juang, diskon 50% adalah memiliki tanggapan “daya tarik” yang
heboh, antri lebih dari 30 menit bagi sebagian orang Amerika membuat frustasi
dan marah, namun di bagian masyarakat Indonesia merupakan hal yang biasa saja,
sehingga ada slogan” budayakan antri……yang ada gambarnya bebek berbaris rapi.
Seperti halnya makna berjabat tangan ketika
menyapa menjadi simbol selamat datang dan persahabatan oleh sebagian besar
masyarakat dunia, meskipun ada sebagian yang melakukannya dengan membungkukkan
badan atau mencium. Perbedaan makna budaya bahkan dapat diamati dari lingkungan
berbelanja apakah toko diskon yang konsumen bisa memilih sendiri atau toko
spesial yang dilengkapi dengan pelayanan pribadi penuh dari pramuniaga dan
fasilitas belanja yang mewah.
Akhirnya strategi pemasaran juga memiliki makna
yang dipercaya bersama, seperti reaksi masyarakat terhadap iklan. Masyarakat
Amerika terbiasa mengungkap iklan dengan secara langsung dan terbuka, bahkan
dianggap terlalu ‘fulgar’ atau emosional oleh sebagian masyarakat di negara
lain. Atau promosi diskon dan penjualan murah, di sebagian masyarakat bisa
dianggap positif tetapi bagian masyarakat lain bisa berbeda dan justru sering
mendapat reaksi negatif karena adanya anggapan bahwa barang yang didiskon pasti
tidak berkualitas dan barang sisa, cuci gudang atau barang yang tidak laku.
Sehingga pemasar harus hati-hati menangkap
makna budaya dari produk dan merek yang akan dipasarkan dengan melihat
lingkungan budaya yang melekat pada target pasar yang akan dipilihnya.
MENGUKUR KANDUNGAN BUDAYA
Pemasar dapat menggunakan berbagai prosedur
untuk mengukur kandungan budaya yaitu melalui analisis kandungan budaya,
penelitian etnografis dan pengukuran nilai. Pendekatan yang umum dipakai adalah
dengan penelitian konsumen melalui wawancara, survei, telepon bahkan fokus
group). Analisis kandungan budaya dapat dilakukan dengan mengamati obyek
material yang ada dalam kelompok sosial, misalnya komik yang beredar di
kalangan anak-anak sering berisi tentang nilai-nilai persahabatan, nilai agama,
bahkan ini dapat diamati selama periode waktu tertentu, seperti perubahan peran
wanita yang bekerja dalam puluhan tahun terakhir sehingga iklan dapat
disentuhkan dengan keberadaan mereka.
Penelitian etnografis, yang melibatkan
pengamatan ciri yang rinci yang bersumber dari antropologi untuk melihat
tanggapan emosi, pengetahuan, dan perilaku dalam keseharian dalam masyarakat
lingkungan tertentu. Misalnya bagaimana perilaku masyarakat pada pasar
tradisional Jawa?Budaya tawar menawar yang dilakukan?Hal itu dapat diangkat
sebagai tema dalam iklan produk tertentu.
Pengukuran nilai cenderung dilakukan secara
langsung untuk melihat nilai dominan, dengan alat penilaian tertentu seperti
rangking nilai yang dominan dan menggunakan metode statistik tertentu.
BUDAYA POPULER VS BUDAYA LUHUR
Budaya populer merupakan karakteristik budaya
sangat banyak bahkan melintasi budaya tradisional (luhur) yang mengakar dalam
masyarakat. Budaya populer adalah budaya yang menarik massa yang mempunyai
karakteristik ; 1) masuk kedalam pengalaman dan nilai kebanyakan anggota
masyarakat, 2) tidak memerlukan pengetahuan khusus untuk mmahaminya dan 3)
dihasilkan karena mudahnya setiap orang mengakses pada nilai budaya populer.
Sedangkan budaya luhur ( high culture)
menghasilkan produk yang bernilai seni tinggi, karena proses pembuatannya
semata-mata didasarkan pada nilai-nilai estetis (Lukisan, Batik, Patung, Keramik
dsb) sedangkan budaya populer menghasilkan produk dengan keahlian dan
ketrampilan yang dapat dibuat secara massal dengan formula yang baku ( cetakan
pabrik ). Aliran musik alternatif juga menunjukkan budaya populer, juga budaya
pakaian ketat yang marak dikenakan di kalangan remaja putri di Indonesia,
begitupun rok mini yang ngetrend tahun 60 – 70-an sekarang sedang ngetrend
lagi.
BUDAYA DAN KONSUMSI
Produk mempunyai fungsi, bentuk dan arti .
Ketika konsumen membeli suatu produk mereka berharap produk tersebut
menjalankan fungsi sesuai harapannya, dan konsumen terus membelinya hanya bila
harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik. Namun, bukan hanya fungsi yang
menentukan keberhasilan produk . Produk juga harus memenuhi harapan tentang
norma, misalnya persyaratan nutrisi dalam makanan, crispy (renyah) untuk
makanan yang digoreng, makanan harus panas untuk ‘steak hot plate’ atau dingin
untuk ‘ agar-agar pencuci mulut’.Seringkali produk juga didukung dengan bentuk
tertentu untuk menekankan simbol fungsi seperti ‘ kristal biru’ pada detergen
untuk pakaian menjadi lebih putih. Produk juga memberi simbol makna dalam
masyarakat misal “ bayam” diasosiasikan dengan kekuatan dalam film Popeye atau
makanan juga dapat disimbolkan sebagai hubungan keluarga yang erat sehingga
resep turun temurun keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal iklan Sasa
atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk menjadi ikon
dalam ibadat agama.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari,
karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan
sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari
keluarga dan teman-temannya. Anak menerima nilai dalam perilaku mereka dari
orang tua , guru dan teman-teman di lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan
zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada kepraktisan, misal
anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti Chicken Nugget, Sossis,
dan lain-lainnya karena kemudahan dalam terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak
memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.
Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara
hidup yang dipelajari dan diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai
budaya di Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil duduk dsb.
Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada budaya yang mengacu pada
nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama
orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk
menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma
budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh
anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam
perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan
membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Nilai memberi arah pengembangan norma, proses
yang dijalani dalam mempelajari nilai dan norma disebut ”sosialisasi atau
enkulturasi”. Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu akan bergerak
dinamis mengikuti perkembangan zaman. Sebaliknya, bila masyarakat cenderung
sulit menerima hal-hal baru dalam masyarakat dengan mempertahankan budaya lama
disebut Accultiration.
Budaya pada gilirannya akan mempengaruhi
pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk, promosi
,distribusi dan penetapan harga. Untuk mengembangkan strategi yang efektif
pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan memahami
bagaimana mereka mempengaruhi konsumen. Sebagaimana strategi dalam penciptaan
ragam produk , segmentasi pasar dan promosi yang dapat disesuaikan dengan
budaya masyarakat.
PENGARUH
INDIVIDU
Pengaruh Individu dalam Perilaku Konsumen
Dalam perilaku konsumen banyak faktor-faktor
yang mempengaruhinya, salah satunya adalah individu itu sendiri. Setiap
individu yang satu dengan individu yang lain dalam mengkonsumsi suatu barang dan
jasa pasti berbeda. Tetapi ada kalanya seorang individu dalam mengkonsumsi
suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh individu lain sehingga individu
tersebut mengikuti individu yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pengaruh
individu sangat menentukan dalam perilaku konsumsi. Konsumen yang selektif akan
aktif melibatkan diri mereka dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Hal
ini dapat menghindari resiko yang dapat ditimbulkan oleh produk. Jika tingkat
keterlibatan tinggi secara pribadi maka konsumen tersebut sebagai pemimpin
opini.
Suatu perilaku konsumen pun tak lepas dari
pengaruh kelompok dan personal yang dianutnya. Reference group adalah seseorang
atau sekelompok orang yang empengaruhi perilaku individu secara signifikan.
Reference group dapat berupa artis, atlit, tokoh politik, kelompok musik,
partai politik, dan lain-lain. Reference group mempengaruhi dalam beberapa
cara. Pertama-tama reference group menciptakan sosialisasi atas individu. Kedua
reference group berperan penting dalam membangun dan mengevaluasi konsep
seseorang dan membandingkannya dengan orang lain. Ketiga, reference group
menjadi alat untuk mendapatkan pemenuhan norma dalam sebuah kelompok social.
Perbedaan dan pengaruh individu merupakan
faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Setiap individu
memiliki kepribadian berbeda dan tidak ada manusia yang diciptakan sama,
sehingga di dalam perilaku konsumsi individu memiliki pilihan yang berbeda
pula. Ada lima hal yang menyebabkan konsumen berbeda : (1) Sumberdaya konsumen,
(2) Motivasi dan keterlibatan, (3) Pengetahuan, (4) Sikap dan (5) Kepribadian,
gaya hidup dan demografi.
-
Sumberdaya konsumen
terdiri dari uang, waktu dan perhatian (penerimaan dan kemampuan mengolah
informasi). Ketiga sumberdaya konsumen tersebut dapat mempengaruhi situasi
pengambilan keputusan pembelian konsumen. Namun tidak semua konsumen memiliki
ketiga sumberdaya diatas,sehingga konsumen harus cermat mengalokasikan
sumberdaya yang dimilikinya.
-
Motivasi perilaku
diarahkan pada tujuan yang diberi energi dan diaktifkan (adanya suatu
dorongan). Kebutuhan-kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk memotivasi
seseorang untuk bertindak pada suatu saat tertentu. Kebutuhan akan berubah
menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu.
-
Pengetahuan
merupakan hasil belajar sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan.
Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal
dari pengalaman. Pengetahuan seseorang dihasilkan melalui proses yang saling
mempengaruhi dari dorongan, stimuli, petunjuk, tanggapan dan penguatan.
-
Sikap merupakan
hasil dari pencarian dan evaluasi informasi yang luas atas berbagai kemungkinan
yang membentuk suatu sikap terhadap alternatifalternatif yang dipertimbangkan.
Sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan
cara menguntungkan dan tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan
objek atau alternatif yang diberikan. Sikap dikonseptualisasikan sebagai
perasaan positif atau negatif terhadap merek dan dipandang sebagai hasil
penilaian merek bersama dengan kriteria atau atribut evaluasi yang penting.
-
Kepribadian, gaya
hidup dan demografi merupakan variabel penting yang berhubungan dengan
keputusan pembelian. Konsumen akan mengkonsumsi produk dengan citra yang sesuai
dengan kepribadian, gaya hidup (cara konsumen menghabiskan uang). Demografi
memberikan keterangan mengenai sifat dan komposisi pasar.
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan
siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi
tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang- orang dewasa biasanya
mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani
hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar
berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas
rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. Situasi ekonomi seseorang akan
mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi seseorang terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya),
tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang)
Oleh karena itu, Perilaku konsumsi kita adalah
fungsi dari siapa kita sebagai individu. Pikiran, perasaan, sikap, dan pola
perilaku menentukan apa yang kita beli, ketika kita membelinya, dan bagaimana
kita menggunakannya. Faktor internal memiliki dampak besar pada perilaku
konsumen, dan tugas pemasar adalah untuk mencari tahu apa kebutuhan dan
keinginan konsumen memiliki, dan apa yang memotivasi konsumen untuk membeli.
PENGERTIAN
KELAS SOSIAL
Pengaruh Kelas Sosial dan Status
Kelas sosial adalah serangkaian konsep
dalam ilmu-ilmu sosial dan teori politik berpusat pada model stratifikasi
sosial di mana seseorang dikelompokkan ke dalam seperangkat kategori sosial
hirarkis.Kelas adalah obyek penting dari analisis untuk sosiolog, ilmuwan
politik, antropolog dan sejarawan sosial. Namun, tidak ada konsensus mengenai
definisi terbaik dari “kelas” panjang, dan istilah memiliki makna kontekstual
yang berbeda. Dalam bahasa umum, “kelas sosial”, merupakan istilah yang
biasanya identik dengan “kelas sosial-ekonomi,” didefinisikan sebagai: “orang yang memiliki status sosial, ekonomi, atau
pendidikan yang sama,” misalnya, “kelas pekerja”; “bermunculan profesional
kelas- Kelas sosial terbagi menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah.
Pada prinsipnya, jika setiap atribut
manusia diciptakan dalam suatu masyarakat dapat dibagi menjadi kelas-kelas
sosial yang berbeda maka kelas sosial tersebut dapat dibagi berdasarkan
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengaruh politik, asal negara, jenis
kelamin. Pengertian kelas sejalan dengan pengertian lapisan tanpa harus
membedakan dasar pelapisan masyarakat tersebut. Kelas Sosial atau Golongan
sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak dipakai untuk menunjukkan
lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi. Jadi, definisi Kelas
Sosial atau Golongan Sosial ialah: Sekelompok manusia yang menempati lapisan
sosial berdasarkan kriteria ekonomi.
Klasifikasi Kelas Sosial Pembagian Kelas
Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
1.
Berdasarkan Status Ekonomi.
Aristoteles membagi masyarakat secara
ekonomi menjadi kelas atau golongan:
1.
Golongan sangat kaya
2.
Golongan kaya
3.
Golongan miskin.
Aristoteles menggambarkan ketiga kelas
tersebut seperti piramida:
1. Golongan pertama : merupakan kelompok
terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan
bangsawan.
2. Golongan kedua : merupakan golongan
yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para
pedagang, dsbnya.
3. Golongan ketiga : merupakan golongan
terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.
2. Karl Marx juga membagi masyarakat
menjadi tiga golongan, yakni:
A. Golongan kapitalis atau borjuis :
adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.
B. Golongan menengah : terdiri dari para
pegawai pemerintah.
C.
Golongan proletar : adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat
produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.
Menurut Karl Marx golongan menengah
cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam kenyataannya golongan
ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian, dalam kenyataannya
hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan kapitalis atau borjuis
dan golongan proletar.
3. Pada masyarakat Amerika Serikat,
pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
A. Kelas sosial atas lapisan atas (
Upper-upper class)
B. Kelas sosial atas lapisan bawah (
Lower-upper class)
C. Kelas sosial menengah lapisan atas (
Upper-middle class)
D. Kelas sosial menengah lapisan bawah (
Lower-middle class)
E. Kelas sosial bawah lapisan atas (
Upper lower class)
F. Kelas sosial lapisan sosial
bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class):
- Kelas sosial pertama :
keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
- Kelas sosial kedua : belum lama menjadi
kaya
- Kelas sosial ketiga : pengusaha, kaum
professional Kelas sosial
- keempat : pegawai pemerintah, kaum semi
profesional, supervisor, pengrajin terkemuka
- Kelas sosial kelima : pekerja tetap
(golongan pekerja)
- Kelas sosial keenam : para pekerja
tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.
4. Dalam masyarakat Eropa dikenal 4
kelas, yakni:
A. Kelas puncak (top class)
B. Kelas menengah berpendidikan (academic
middle class) Kelas menengah ekonomi (economic middle class)
C. Kelas pekerja (workmen dan
Formensclass)
D. Kelas bawah (underdog class)
2. Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya
perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota
masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan
seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang
rendah. Contoh : Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta,
yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut
Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita
temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana,
gelar cokorda.
PENGERTIAN STATUS SOSIAL
Status sosial adalah sekumpulan hak dan
kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton).
Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi
dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya
rendah.
Status sosial sering pula disebut sebagai
kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada
semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status,
seperti anak, isteri, suami, ketua RW, ketua RT, Camat, Lurah, Kepala Sekolah,
Guru dsbnya. Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem pelapisan
masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan ( role). Kedua unsur ini
merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan
seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial.
SISTEM SOSIAL
Sistem sosial adalah pola-pola yang
mengatur hubungan timbal balik dan tingkah laku individu-individu dalam
masyarakat dan hubungan antara individu dan masyarakatnya. Status atau
kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial atau kelompok masyarakat.
Cara-cara memperoleh status atau
kedudukan adalah sbb:
1. Ascribed Status adalah keuddukan yang
diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah diperoleh sejak lahir.
Contoh: Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb.
2. Achieved Status adalah kedudukan yang
diperoleh seseorang dengan disengaja. Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui
pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb
3. Assigned Status merupakan kombinasi
dari perolehan status secara otomatis dan status melalui usaha. Status ini
diperolah melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa
perjuangan sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan masyarakat. Contoh: gelar
kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dsb.
Akibat Adanya Status Sosial Kadangkala
seseorang/individu dalam masyarakat memiliki dua atau lebih status yang
disandangnya secara bersamaan. Apabila status-status yang dimilikinya tersebut
berlawanan akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal itulah yang menyebabkan
timbul apa yang dinamakan Konflik Status. Jadi akibat yang ditimbulkan dari
status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status.
PENGARUH
KELUARGA DAN RUMAH TANGGA
Keluarga adalah kelompok sosial terkecil
yang terdiri dari kepala keluarga serta anggota keluarga yang memiliki hubungan
darah atau pertalian. Sedangkan Rumah Tangga mempunyai artian yang berbeda.
rumah tangga adalah semua orang, baik yang berkerabat maupun yang tidak, yang
menempati satu unit perumahan. Ada dua alasan mengapa keluarga dan rumah tangga
mempunyai pengaruh yang cukup besar.
• Banyak produk yang dibeli oleh konsumen
ganda yang bertindak sebagai unit keluarga.
Rumah adalah contoh produk yang dibeli
oleh kedua pasangan, barangkali dengan melibatkan anak, kakek-nenek, atau anggota
lain dari keluarga besar. Mobil biasanya dibeli oleh keluarga, dengan kedua
pasangan dan kerap anak remaja mereka terlibat dalam pelbagai tahap keputusan.
Bentuk favorit dari kegiatan waktu senggang bagi banyak keluarga adalah
berkunjung ke pusat perbelanjaan setempat. Kunjungan tersebut kerap melibatkan
banyak anggota keluarga yang membeli pelbagai barang rumah tangga, busana, dan
barangkali bahan makanan. Perjalanan tersebut mungkin pula melibatkan semua
anggota dalam memutuskan di restoran fast-food mana untuk membelanjakan
pendapatan keluarga yang dapat digunakan.
• Bahkan ketika pembelian dibuat oleh
individu, keputusan pembelian individu bersangkutan mungkin sangat dipengaruhi
oleh anggota lain dalam keluarganya.
Anak-anak mungkin membeli pakaian yang
dibiayai dan disetujui oleh orang tua. Pengaruh seorang remaja mungkin pula
besar sekali pada pembelian pakaian orangtua. Pasangan hidup dan saudara
kandung bersaing satu sama lain dalam keputusan tentang bagaimana pendapatan
keluarga akan dialoksikan untuk keinginan individual mereka. Orang yang
bertanggung jawab untuk pembelian dan persiapan makanan keluarga mungkin
bertindak sebagai individu di pasar swalayan, tetapi dipengaruhi oleh
preferensi dan kekuasaan anggota lain dalam keluarga. Konsumen tersebut mungkin
menyukai makanan dan kegiatan waktu senggang yang sama, dan mengemudikan merek
mobil yang sama dengan anggota yang lain dalam keluarga. Pengaruh keluarga
dalam keputusan konsumen benar-benar meresap.
VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN
KELUARGA/Rumah Tangga
Keluarga memiliki pendapatan rata-rata
yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga karena jumlah yang lebih
banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Untuk keluarga maupun
rumah tangga, keempat variabel struktural yang paling memberi dampak pada
keputusan pembelian dan yang demikian paling menarik bagi pemasar adalah usia
kepala rumah tangga atau keluarga, status perkawinan, kehadiran anak, dan
ststus pekerjaan.
Keluarga adalah sama dengan perusahaan;
keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yanmg
lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang paling
jelas bahwa dua oramg dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah mempunyai
anak. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini mengenai apakah
keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya
anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makanan, perabot, rumah,
perawatan kesehatan, pendidikan dan produk lain. Anak di dalam keluarga dapat
menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan,
restoran, pakaian orang dewasa, dan banyak barang yang bebas pilih.
Ada beberapa variabel struktural yang
mempengaruhi pembelian rumah tangga atau keluarga yaitu
• Usia Kepala Rumah Tangga atau Keluarga
• Status Perkawinan
• Kehadiran Anak
• Status Pekerjaan
Keputusan konsumsi keluarga melibatkan
setidaknya lima peranan yang dapat didefinisikan. Peranan-peranan ini mungkin
dipegang oleh suami, istri, anak, atau anggota lain dalam rumah tangga. Peranan
ganda atau aktor ganda adalah normal.
• Penjaga pintu (gatekeeper). Inisiator
pemikiran keluarga mengenai pembelian produk dan pengumpulan informasi untuk
membantu pengambilan keputusan.
• Pemberi pengaruh (influencer). Individu
yang opininya dicari sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh
keluarga dalam pembelian dan produk atau merek mana yang paling mungkin cocok
dengan kriteria evaluasi itu.
• Pengambil keputusan (decider). Orang
dengan wewenang atau kekuasaan keuangan untuk memilih bagaimana uang keluarga
akan dibelanjakan dan produk atau merek apa yang yang akan dipilih.
• Pembeli (buyer). Orang yang bertindak
sebagai agen pembelian yang mengunjungi toko, menghubungi penyuplai, menulis
cek, membawa produk kerumah, dan seterusnya.
PENGARUH
SITUASI
Faktor situasional adalah kondisi sesaat
yang muncul pada tempat dan waktu tertentu. Yang mana kemunculanya terpisah
dari diri produk maupun konsumen. Mendifinisikan situasi sebagai semua faktor
yang utama terhadap tempat dan situasi yang tidak menurut pengetahuan seseorang
(intra individu ) dan stimulasi (alternatif pilihan) dan memiliki bukti dan
pengaruh sistimatis pada prilaku saat itu.
Pengaruh situasional adalah kekuatan
sesaat yg tidak berasal dari dalam diri seseorang atau berasal dari produk atau
merek yang dipasarkan. Pengaruh situasional adalah kondisi sesaat yang muncul
tiba-tiba yang mana kemunculannya tidak dari dal diri oang tersebut maupun dari
merk suatu barang, yang mana dalam hal tersebut terdapat stimulus yang sangat
kuat untuk mempengarui orang melakukan kegiatan konsumsi. Pengaruh situasi
sangatlah berbengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengambil keputusan
untuk membeli suatu barang atau produk.
Faktor lingkungan adalah hal yang
menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu
dan tempat tertentu. Berikut ada lima karakteristik situasi konsumen yaitu:
-
Lingkungan fisik,
Sarana fisik yang menggambarkan situasi konsumen yang meliputi: lokasi,
dekorasi, aroma, cahaya, cuaca dan objek fisik lainnya yang ada di sekeliling
konsumen
-
Lingkungan Sosial,
Kehadiran dan ketidakhadiran orang lain pada situasi tersebut
-
Waktu, Waktu atau
saat perilaku muncul (jam, hari, musim libur, bulan puasa, tahun baru). Waktu
mungkin diukur secara subjektif berdasarkan situasi konsumen, misal kapan
terakhir kali membeli roti
-
Tujuan, Tujuan yang
ingin dicapai pada suatu situasi. Misalkan konsumen yang belanja untuk acara
keluarga di rumah akan menghadapi situasi berbeda dibandingkan belanja untuk
kebutuhan sendiri
-
Suasana Hati,
Suasana hati atau kondisi jiwa yang sesaat (misalnya perasaan khawatir, tergesa-gesa,
sedih, marah) yang dibawa pada suatu situasi.
Jenis-jenis situasi konsumen
Situasi Komunikasi adalah suasana atau
lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi atau melakukan komunikasi.
Konsumen mungkin memperoleh informasi melalui :
-
Komunikasi Lisan
dengan teman, kerabat, tenaga penjual, atau wiraniaga
-
Komunikasi Tulisan
dengan membaca koran, majalah, poster, billboard, brosur, leaflet dsb
-
Informasi diperoleh
dari iklan saat sedang menonton televise, saat sedang mendengarkan radio,
langsung dari toko melalui promosi penjualan, pengumuman di rak dan di depan
toko.
Situasi Pembelian adalah lingkungan atau
suasana yang dialami/dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Situasi
pembelian akan mempengaruhi keputusan membeli. Misalnya, ketika konsumen berada
di pegunungan, ia mungkin akan bersedia membayar untuk memperoleh jagung bakar
berapa saja harganya ketika lapar dan ingin makanan yang hangat.
Situasi Pemakaian disebut juga situasi
penggunaan produk dan jasa yang merupakan situasi atau suasana ketika konsumen
ingin mengkonsumsi / mengunakan suatu produk atau jasa. Konsumen sering kali
memilih suatu produk karena pertimbangan dari situasi konsumsi. Misalnya,
konsumen muslim sering menggunakan pakaian muslim pada saat hari raya idul
fitri atau hari besar keagamaan lainnya. Situsi seperti ini lah yang digunakan
oleh produsen untuk menggunakan konsep situasi pemakaian.
Situasi pembelian mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa situasi pembelian
mampu menghadirkan keinginan konsumen untuk membeli karena situasi ini bisa
menjadi stimulus terhadap keputusan konsumen untuk membeli. Gaya hidup
pembelian juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian
konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan gaya hidup berlebihan ternyata juga
mengikuti mode-mode pakaian khususnya, misalnya celana jeans sehingga gaya
hidup mereka berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang dilakukan. Situasi
pembelian dan gaya hidup terhadap mode bagi konsumen dengan gaya hidup believer
ternyata cukup tinggi mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Situasi tidak terduga dapat menjadi
pemicu seseorang untuk membeli suatu barang. Misalnya, seseorang ingin menulis
tetapi pensil mekanik yg ia punya ternyata tidak ada isi pensilnya, dengan
keadaan yang seperti itu maka keputusan yang ia pilih adalah dengan membeli isi
pensil mekaniknya dan melanjutkan tulisannya.
SUMBER :
NAMA :
DYAH AYU PUJANINGRUM
NPM :
12212331
KELAS :
3EA22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar